Perbedaan Defibrillator Biphasic dan Monophasic tidak hanya terletak pada jenis gelombangnya, namun juga pada efektifitas kerjanya. Teknologi Biphasic telah dibuktikan memiliki keberhasilan yang lebih tinggi dibandingkan dengan gelombang Monophasic. Berikut ini sedikit ulasan tentang perbedaan Defibrillator Biphasic dan Monophasic.
Defibrillator Monophasic

Pada saat pertama kali perangkat ini ditemukan, mayoritas atau hampir semua perangkat menggunakan kejutan gelombang tunggal satu arah dari satu elektroda ke elektroda yang lain. Inilah yang disebut dengan gelombang Monophasic.
Defibrillator Biphasic

Seirng dengan berjalanya waktu dan berkembangnya penemuan – penemuan baru dalam dunia elektromedik, ditemukanlah kejutan yang lebih efisien, akurat dan mudah digunakan. Teknologi ini hampir sama dengan teknologi yang ditemukan pada defibrillator kardioverter jenis implan. Tidak lagi satu arus melainkan dua arus. Dua kali proses dalam satu kejutan. Hal ini ternyata menghasilkan banyak keuntungan dan diharapkan mampu memberikan pertolongan yang maksimal.
Lebih Lanjut Tentang Perbedaan Defibrillator Monophasic Dan Bphasic
Seperti yang sudah dijelaskan sedikit diatas bahwa defibrillator tradisional umumnya menggunakan bentuk gelombang monophasic dimana arus mengalir satu arah dari satu Pads Elektroda ke Elekteroda yang lain. Bekerja dengan cara menghentikan jantung sesaat, kemudian memungkinkan ritme sinus dasar jantung kembali normal.
Arus defibrilasi memiliki dua komponen penting yaitu bagian tertinggi dari bentuk gelombang, arus puncak merupakan penentu keberhasilan defibrilasi. Dalam hal ini dibutuhkan arus yang cukup untuk mencapai jantung untuk menghentikan fibrilasi jantung yang tidak normal (ritme jantung yang mematikan), akan tetapi di sisi lain juga tidak boleh terlalu tinggi sehingga dapat merusak jantung.
Salah satu parameter yang dapat menentukan tingkat energi yang dipilih adalah Impedansi pasien. Yaitu daya tahan tubuh terhadap aliran arus listrik. Impedansi pasien tinggi akan membuat energi listrik berkurang. Oleh sebab itu, analisa ini harus benar – benar tepat agar proses defibrilasi bisa berhasil.
Berbeda dengan Defibrilator Monophasic, Biphasic memberikan arus dalam dua arah. Pada fase pertama, arus listrik bergerak dari bantalan Elektroda yang satu ke elektroda yang lainnya seperti aliran arus pada defibrillator monophasic. Namun kemudian, dilanjutkan dengan fase kedua yaitu aliran arus berbalik arah.
Meskipun mekanisme fisiologis yang menjadi dasar teknologi ini belum dipahami sepenuhnya, namun kita mengetahui secara jelas bahwa bentuk gelombang Biphasic akan menurunkan ambang listrik dan membuat keberhasilan defibrilasi lebih tinggi.
Penelitian telah menunjukkan hasil bahwa bentuk gelombang Biphasic dapat menyesuaikan impedansi pasien dan memvariasikan karakteristik bentuk gelombang. Hal ini bertujuan untuk memasikan bahwa orang dengan impedansi yang tinggi akan dapat memiliki kesempatan yang sama dengan orang yang memiliki impedansi rendah.
Teknologi Defibrilator gelombang Biphasic menawarkan keberhasilan yang sama atau bahkan lebih baik pada energi yang rendah dibandingkan dengan teknologi gelombang Monophasic. Resiko kejutan listrik akan lebih sedikit karena cukup menggunakan energi rendah untuk proses defibrilasi dimana seseorang memiliki impedansi yang tinggi.
Dari sinilah mengapa sekarang hampir semua alat Defibrillator baik itu AED (Automatic External Defibrillator) atau Defibrillator Manual menggunakan teknologi gelombang Biphasic.
Nah, itulah sedikit penjelasan singkat tentang perbedaan defibrillator biphasic dan monophasic. Untuk lebih jelasnya lagi, anda bisa cek daftar defibrillator Biphasic untuk pertimbangan anda apabila ingin membeli alat defibrillator atau AED untuk kebutuhan anda.
Wajib baca : Mengenal beberapa jenis defibrillator